Air dan minyak selamanya tidak akan bisa menyatu. Jika kita hendak
mencampurkan keduanya, maka dalam sekejap keduanya akan memisah kembali.
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan tingkat polaritas di antara dua
zat tersebut. Air merupakan molekul yang memiliki gugus polar.
Sedangkan minyak merupakan zat yang memiliki gugus non polar. Perbedaan
ini
menyebabkan keduanya tidak bisa menyatu, karena gugus polar hanya bisa bersatu dengan gugus polar, sedangkan gugus non polar hanya bisa bersatu dengan gugus non polar.
menyebabkan keduanya tidak bisa menyatu, karena gugus polar hanya bisa bersatu dengan gugus polar, sedangkan gugus non polar hanya bisa bersatu dengan gugus non polar.
Dalam kasus susu kambing atau susu sapi, protein memiliki gugus polar
di satu sisi dan memiliki gugus non polar di sisi lain. Oleh karena itu
ujung polar akan berikatan dengan air dan non polarnya berikatan dengan
lemak. Maka terjadilah emulsi yang menyebabkan keduanya kelihatannya
seperti bercampur.
Makanan atau minuman olahan yang terdiri dari lemak atau minyak dan
air secara bersamaan maka di dalamnya pasti ada bahan pengemulsi. Sebab
jika tidak ditambahkan bahan tersebut maka akan terjadi pemisahan antara
keduanya. Bahan pengemulsi inilah yang menyatukan air dengan lemak atau
minyak.
Emulsifier atau zat pengemulsi adalah zat untuk membantu menjaga
kestabilan emulsi minyak dan air. Secara umum bahan pengemulsi terdiri
dari emulsifier alami dan emulsifier buatan (sintetis). Pengemulsi alami
dibuat dari bahan-bahan yang berasal dari alam. Misalnya dari biji
kedelai, kuning telur dan sebagainya. Di dalam biji kedelai terdapat
minyak yang cukup tinggi, di samping air. Keduanya dihubungkan oleh
suatu zat yang disebut lecithin. Bahan inilah yang kemudian diambil atau
diekstrak menjadi bahan pengemulsi yang bisa digunakan dalam
produk-produk olahan.
Sebenarnya lecithin ini secara alami terdapat juga pada biji-bijian
lain serta dalam produk hewani, seperti telur dan otak. Tetapi kandungan
lecithin yang mudah dan murah untuk digunakan adalah yang terdapat pada
biji kedelai.
Selain berasal dari kedelai, telur dan otak, emulsifier alami juga
berasal dari tepung kanji dan susu bubuk. Tepung kanji merupakan salah
satu emulsifier yang bagus untuk makanan. Tepung ini memiliki
sifat-sifat fisik yang hampir sama dengan tepung sagu sehingga
penggunaan keduanya dapat dipertukarkan. Emulsifier tepung kanji dapat
menghasilkan tekstur yang lunak pada zat terdispersi, selain itu juga
menghasilkan butiran-butiran yang halus, serta dapat menyatu dengan zat
terdispersi.
Susu bubuk merupakan emulsifier yang baik dari segi tekstur,
kemantapan emulsi, ukuran dispersi, maupun rasa. Hal ini dikarenakan
susu bubuk merupakan emulsifier yang lebih terikat pada air atau lebih
larut dalam air (polar) sehingga dapat lebih membantu terjadinya
dispersi minyak dalam air dan menyebabkan terjadinya emulsi minyak dalam
air.
Adapun bahan pengemulsi buatan atau sintetis ini berasal dari
rekayasa manusia untuk menghasilkan jembatan antara minyak dan air.
Meskipun disebut sintetis, tetapi tidak sepenuhnya berasal dari bahan
sintetis. Hanya proses pembuatannya saja yang dirancang secara buatan
manusia, tetapi bahan-bahannya sering berasal dari bahan alami.
Seperti diketahui, lemak atau minyak merupakan trigliserida dengan
satu gugus gliserol yang memiliki tiga tangan, yang masing-masing
berikatan dengan asam lemak. Asam lemak inilah yang bersifat non polar.
Sedangkan gliserol sendiri bersifat polar. Dengan demikian ketika satu
atau dua asam lemaknya dilepaskan dari tangan gliserol, maka akan
dihasilkan monogliserida atau digliserida yang masing-masing hanya
memiliki satu dan dua gugus asam lemak. Asam lemak yang tersisa bisa
berikatan dengan lemak, sedangkan tangan gliserol yang kosong bisa
berikatan dengan air. Maka jadilah mono dan digliserida yang berfungsi
sebagai penghubung antara air dan minyak atau menjadi emulsifier
sintetis.
Bahan buatan manusia itu sebenarnya berasal dari lemak yang
direkayasa. Sementara sumber lemaknya sendiri bisa bermacam-macam, ada
yang berasal dari minyak bumi (sintetis) ada pula yang berasal dari
lemak nabati (tumbuhan) maupun hewani. Untuk aplikasi emulsi pada bahan
makanan lebih diutamakan penggunaan lemak dari tumbuhan dan hewan,
karena yang berasal dari minyak bumi (bentonit, magnesium hidroksida,
dan aluminium hidroksida) tidak food grade.
Contoh lain emulsifier buatan yaitu ester dari asam lemak sorbitan
yang dikenal sebagai SPANS yang dapat membentuk emulsi air dalam minyak,
dan ester dari polioksietilena sorbitan dengaan asam lemak yang di
kenal sebagai TWEEN yang dapat membentuk emulsi minyak dari air. Pada
kue-kue, penggunaan SPANS membentuk serta memperbaiki tekstur dan
volume, sedang TWEEN membantu mengurangi atau mencegah kekeringan,
sehingga kue tetap lunak. Jenis emulsifier lain seperti gliseril
laktopalmitat, merupakan emulsifier yang banyak di gunakan dalam
pembuatan cakes mixes. CMC (carboxyl methyl cellulose) banyak digunakan sebagai stabilizer dalam pembuatan salad dressing.
Sumber : PIPIMM
Sumber : PIPIMM
Sangat Membantu , Terimakasih
BalasHapusTerimakasih informasinya
BalasHapus